Selamat Malem Sahabat DJ Site Semua,
Ehm... kayanya lagi pada liburan nie hhe... atau ada yang udah siap-siap buat malem mingguan kali ya? haha... Weh lha sampean dewe ndak kemana-mana toh kang? kebetulan saya malah udah capek ngeliatin pameran HP di Indonesia International Communication Expo & Conference (ICC) dari tadi pagi, jadi malem ini kayanya saya mendingan istirahat dirumah aja deh wkwkwk... itung-itung ng'refresh tenaga sambil Blogging :D
Skip...
Balik ke inti postingan malem ini, seperti judulnya saya emank pengen ng'bahas tentang wajah Pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang menurut saya, masih jauh dibawah harapan dan janji yang selalu diucapkan pemerintah. Ya, Biarpun kadang saya pun ngerasa bangga dikala putra-putri bangsa berhasil mengharumkan nama Indonesia dikancah Internasional lewat ilmu dan keahlian mereka :D
But, disatu sisi saya punya ironi tersendiri tentang satu kata penting yang terlalu dianggap biasa, yang bahkan saking biasanya udah dianggap sebagai budaya yang gak perlu dirubah atau diperbaiki haha... Yupz, saya yakin anda semua tau kata apa yang saya maksudkan disini. Kata keramat yang sering dianggap sebagai Jimat keberuntungan untuk mendapatkan sebuah coretan tinta bernama nilai...
Nyontek, Itu kata yang saya maksudkan disini, dan saya yakin gak ada satu pun diantara anda yang gak pernah denger kata "Nyontek". Bahkan secara pribadi, saya sih setuju-setuju aja klo nyontek dijadikan sebagai "Budaya Bangsa", karena klo dalam hal ini kita mencontoh dari China, terbukti kan semua Produk Bajakan China dapat kita nikmati di Indonesia, dan sekalipun kita tau itu Produk Contekan dari negara maju toh kita tetep menghargai produk dari China dan tetep menggunakannya kan? haha... So, disatu sisi Nyontek ya emank gak apa-apa klo tujuannya untuk berkembang...
Skip...
Beberapa hari yang lalu, secara gak sengaja saya sempet nonton sebuah Berita di salah satu Stasiun TV Swasta yang saya lupa TV apaan, Berita yang sempat membuat saya berdecak kagum karena jujur aja baru kali ini saya denger berita Absurd kaya gini. Tau berita tentang apa? Itu adalah berita tentang Sebuah keluarga di Surabaya, Jawa Timur yang terpaksa diungsikan atau bahkan diasingkan sementara setelah keluarga ini melaporkan sebuah tindak kecurangan di sebuah sekolah dasar dimana anaknya bersekolah.
Keluarga ini (Siami dan Widodo, serta anak mereka AL), bahkan mendapat perlakuan kasar dari sejumlah Wali Murid yang tidak terima atas pelaporan kegiatan "Nyontek Masal" yang dilakukan tenaga pengajar di SDN Gadel II Surabaya, Jawa Timur. Dan gak tanggung-tanggung, perbuatan yang seharusnya layak untuk diapresiasi dan dipuji itu justru dianggap para Wali Murid sebagai tindakan Sok Heroik yang malah berujung pada pengusiran terhadap satu keluarga tersebut.
Dan hingga saat ini, keluarga Siami dan Widodo terpaksa mengungsi di rumah saudaranya dengan pengawalan ketat aparat kepolisian, padahal biarpun gak salah sama sekali, mereka berdua udah sempet minta maaf kepada seluruh Wali Murid *Uedaan tenann
Hem... biarpun diawal tadi saya katakan secara Pribadi saya setuju-setuju aja klo Nyontek dijadikan sebagai "Budaya", tapi gak pernah sedikitpun saya negasin Bahwa Nyontek itu sama kaya Nyadur. Karena buat saya kedua kata itu, jelas punya makna yang berbeda.
Ketika Nyontek Dijadikan sebagai Budaya, bukan berarti kita harus selalu tergantung kepada orang lain dan hanya duduk menunggu mereka selesai, karena Nyontek yang saya maksudkan disini lebih kepada karena kita ingin tau maka kita melihat hasil pekerjaan orang lain, dan kita pun gak harus menelan mentah-mentah Hasil yang didapat orang lain itu, melainkan disini kita pun ikut menanyakan cara mendapatkan hasil itu serta berusaha mengembangkan, itu kenapa diawal tadi saya mengambil Contoh negara China sebagai patokan. Karena mustahil kita bisa nyiptain sesuatu klo kita gak pernah dapet gambaran tentang apa yang mau kita buat.
Dan beda sama "Nyontek", Nyadur buat saya punya derajat paling rendah yang sebisa mungkin alangkah baiknya gak perlu dilakukan ataupun diajarkan sejak dini. Karena dinilai dari segi apapun buat saya itu Penjiplakan secara utuh yang cuma mengajarkan budaya Instan dari sebuah keberhasilan yang menurut saya justru sangat berbahaya. Kenapa saya katakan berbahaya? karena sekali aja seseorang diajarkan untuk menyadur, dia udah gak akan mau berusaha mencapai sesuatu dengan usahanya sendiri, dan ini yang jelas salah dan gak boleh dibudayakan.
Dan dalam kasus, Nyontek Masal di Jawa Timur ini, saya pribadi lebih suka menyebutnya sebagai Kasus "Nyadur Masal", karena disini ditengah Ujian Nasional tingkat SD, kepala sekolah serta beberapa pengajar justru menyuruh para siswa yang pintar untuk memberikan Contekan kepada teman-temannya yang dianggap kurang pintar agar sekolah itu Lulus 100%. Dan bisa anda bayangkan ditengah Ujian yang dijadwalkan selalu dalam keadaan tenang, gak mungkin banget kan siswa yang abis nyontek tiba-tiba minta diajarin cara mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang diujikan tersebut? yang setelah itu dia nyoba mengerjakan soal itu sendiri untuk mengecek kebenaran jawaban yang telah disalinnya? Nha, itu yang saya katakan bahaya, karena disini para siswa justru diajarkan kebiasaan mencuri pekerjaan orang lain, bukan mencari tau bagaimana orang lain bisa menyelesaikan pekerjaannya.
Terakhir, biarpun mungkin ada diantara anda yang gak sependapat dengan saya dan lebih menganggap kegiatan Nyontek dan Nyadur sebagai perbuatan yang sama dan gak seharusnya dilakukan. Saya tetap pada pandangan awal saya, Bahwa Nyontek itu bukan sesuatu yang salah jika dilakukan dengan tujuan mempelajari dan mendapatkan hasil yang lebih baik, dan sebaliknya Nyadur, itu adalah Perbuatan bahaya yang sebisa mungkin gak perlu diajarkan kepada anak-anak.
Dan sebelum benar-benar pamit, kaya biasa, kita Bersulang dulu... Cheeerrrsss....(Glek...glek...glek..)...
Buat Sahabat DJ Site Semua, Happy Blogging 'N Have a Nice Weekend... :D
23 komentar:
saya juga kemarin liat di tv mas,
seorang ibu yang membeberkan kegiatan contek-mencontek, eh malah mau dihajar sama warga..
betul sekali mas, perbuatan ibu itu seharusnya diapresiasi,
saya juga bingung, masyrakat kita sudah terlalu menganggap hal ini lazim, yang tak lazim itu justru yang melakukan pencontekan..
gak tau lagi mau gimana bilang IRONIS nya negara ini..
yang diberitakan ini tempatnya sangat dekat dengan tempat tinggal pakde kira-kira naik motor cuma 7 menit
memnag sangat njelimet persoalan ini, karena akan nyentil kemana-mana
nggak semua nyontek itu buruk.. malahan, kalo mau usaha dan bisnis itu kadang nyontek itu perlu.. konon ada 3 cara jitu buat sukses di bisnis : ATM = amati, tiru, modifikasi.
lah, tiru nya itu kan sama kayak nyontek atau nyadur.. tapi yang penting gimana modifikasinya.
kalo soal nyontek pelajaran biar lulus begini, yaa itu bisa jadi emang satu kekeliruan yang termaklumi.. *ah embuhlah, saya ngomong gak kruan gini... #efek malem minggu jomblo
wah berita yang itu ya.. saya juga lihat di tipi mas ferdi.. :D
kalau begitu sepertinya KBBI mesti dirubah deh mas, soalnya di KBBI sendiri menyontek diartikan sebagai kegiatan menjiplak sebagaimana aslinya, yang kalau ditulisan mas Ferdi ini dikatakan sebagai menyadur.
kalau mau dibilang sih, hasil menyontek yang dilakukan oleh Cina gak bagus-bagus juga, toh hasil nyontohnya nyatanya banyak yang dibawah standar, hanya karena harganya lebih murah maka jadi laris di pasaran.. he he
wah nyontek ini kendala saya tiap hari sob tapi nyontek yang ini sampai titik koma pun sama , kayaknya hal ini sudah jadi genetik sama dengan korupsi yang mungkin udah genetik dari jaman dulu di Indonesia (kata T. Raffles)?
Aku mau balas nendang dulu sob
Kalo anak SD nyonteknya suka lucu.. Masa nama peserta ujiannya juga dicontek he he..
Salam
Huh, bisa mampir disini juga akhirnya.
Pa kabar kawan DJ-Site.. Hmm.. Tadi sore juga ada beritanya loh. Kejadiannya di pesanggrahan jak-sel sekolah dasar juga. Setuju saya sama kawan Gaphe dengan cara ATM itu..
Salam kawan
Sayang sekali ya, anak SD sudah 'diajari' utk tidak jujur. Kasihan juga anak2 itu, mereka pasti jadi tidak percaya diri dg kemampuan mereka sendiri.
Kok aku jadi khawatir ya? Tahun ajaran baru nanti Shasa naik ke kelas 6. Apa yang harus aku lakukan jika ternyata "metode" SDN Gadel II Surabaya itu juga diterapkan di sekolah Shasa?
Kalau aku menolak, apakah aku (dan juga Shasa) akan mendapat perlakuan sama juga ya? Tapi kalau aku ikut arus.., berarti aku mengijinkan Shasa berbuat curang.
Hemmm... demi "nama baik" sekolah yang ingin dipuji karena berhasil lulus 100% kok jadinya membebani murid2nya ya?
Susahnya... serba salah jadinya ya?
ilmu itu memang didapatkan dengan menyontek, tapi menyontek yang benar.... bukan seperti yang dilakukan ketika ujian di kelas....
wah-wah parah banget tuh..kacian khan yang udah belajar
gak ngerti beritanya nih
hasil akhir, UNAS di SD tersebut gimana?
lulus 100%?
terus semua guru bangga kalau semua siswanya lulus, tapi nilai di dapatkan dgn cara seperti itu?
yg ada sekarang berurusan dgn pihak berwajib kan?
gak ngerti cara berpikir guru2nya nih...
katanya, guru= digugu dan ditiru
kalau seperti ini, mana yg mesti diteladani?
membaca beritanya saja, aku kecewa
kasihan sekali nasib keluarga yg dikucilkan tersebut.
hmmmm,,,justru yang benar malah disalahkan...
wah,,,makasih ya mas Fer,,uda mampir,,,setelah jarang buka blogger aku malah jadi bingung mw bw kmana...hehehehehhe...
@ Yudi Darmawan : yupz, sedikit kurubah klo bahasaku itu adalah Nyadur Masal bukan Nyontek masal :) Emank suka aneh sob negara kita ini, hal yg perlu diapresiasi justru dihujat banyaka org, eh giliran Korupsi aja gak tuntas2 ampe sekarang :)
@ pakde sulas : moso toh pakde? wah berarti sampean sempet ke TKP yg dimaksud donk? hhe...
Betul pakde emank pasti nyentil banyak pihak klo udah masalah begini
@ Gaphe : Setuju Bozz.... itu kenapa aku lebih suka make kata Nyadur untuk menggambarkan berita ini ketimbang nyontek karena ya sama kaya kamu menurutku klo orang nyontek yg artinya mengamati dan syukur2 setelah paham bisa dikembangkan lebih baik :) #Jiah elah yg Jomblo
@ Awaluddin Jamal : gak perlu drubah Sob.. kan aku bilang itu menurutku aja, jadi klo orang lain mikirnya itu sama pun ya gpp hhe...
Nha, itu salah satu kelebihannya artinya ikut memodifikasi juga kan setelah belajar? klo sama China ditelen mentah2 pasti hasilnya jadi barang dan harga yg sama dan pasti gak ada yg beli, tapi karena dengan barang yg kualitasnya dibikin hampir sama harganya justru jauh lebih murah jadi banyak yg beli kan? biarpun kita tau kurang awet dibanding Ori-nya....
@ smp 3 lembang : Hahahaa.... iya ya, sobat kan guru jadi pasti sering nemuin hal2 kaya gini... Hem emank susah sih..
@ fb : Itu saking polosnya Sob.. :)
@ DenBaGas : Buset di Jakarta Selatan juga ada Kasus serupa ya? jujur baru tau aku haha..
@ catatan kecilku : Bener Mbak, malah ku denger si AL yg dimaksud dalam berita ini jadi sering nangis sendiri
@ the others... : Hah.... susah sih emank.... semoga aja di Sekolah Sasha gak ada kasus kaya gitu nantinya, lagian tanpa nyontek pun masa iya sih Anak SD separah-parahnya gak dilulusin sama gurunya, kan Nilai UN juga cuma 40%
@ place to study: Iya :)
@ choirul : Betul, itu kenapa saya lebih suka membedakan Nyontek sama Nyadur
@ I-one : Yupz, karena dia yg justru terbeban untuk kelulusan temen2-nya..
@ narti : Aku gak tau sih siswanya jadi lulus 100% apa ndak soalnya berita terakhir ya Kepala Sekolah sama Gurunya yg dibawa polisi untuk ditahan hhe..
@ sda: Entah mana yg harus di teladani
@ dee: Iya tuh Mbak, aku pun kasian bukannya dipuji malah di suruh ngungsi
@ riestabacil : Iya tuh Riesta, sama aku juga sekarang abis liburan panjang jadi bingung mau mulai BW dari mana lagi haha... :)
trus parahnya lagi, wali murid malah bilang kalo kepala SDN itu tu ga salah. ih, piye toh =.="
Pendidikan di negeri ini sudah sangat mempeihatinkan, yang punya uang bisa sekolah, yang nggak punya uang ya terpaksa tidak sekolah.
Kalau misalnya untuk kasus ini aku nggak merasa heran, sering diberitakan di TV kalau saat-saat ujian seperti ini memang waktunya berlomba untuk meraih kelulusan. Nyontek itu biasa, lihat saja itu di TV, dan mungkin hanya sebagian kecil, mungkin masih banyak yang membiarkan siswa mencontek/menyadur asalkan bisa meraih kelulusan. Jadi, untuk kasus di jawa timur ini hanyalah sebuah perkecualian, karena ada wali murid yang berani melapor.
Sepertinya sekolah hanya sebatas formalitas, kalau yang dikejar cuma kelulusan dan prestasi sekolah, lalu dimana letak roh pendidikan itu sendiri?. Kalau tujuan akhir dari sekolah hanya untuk meraih kelulusan tanpa sebuah proses yang benar, mending nggak perlu ada ujian, nggak usah pakai akreditasi sekolah, biarkan saja ketimpangan terus terjadi, dan siap-siap untuk terus jalan di tempat.
*salut buat keluarga Siami dan Widodo..
Semangat Kang... :)
kalau aq dulu g pernah nyontek tapi langsung bawa bukunyaaaaaaaaaaaaa kedalam kelas, tap y gt deh cuma tak bawa masuk aja g tak buka, mengerjakan soal murni percaya sama diri sendiri dan Alhamdulillah lulus meski dengan nilai yang pas2an
Ya sebagai mantan pelajar dan saat ini juga sedang belajar saya mengakui selama ini tidak 100% hasil belajar yang saya tempuh secara murni. Ada nyontek-nyonteknya dikit. Dan Asyiknya nyontek itu terkadang malah jadi debat karena sebelumnya tujuan saya nyontek hanya untuk memastika sebuah jawaban saya betul atau tidak...hehe... Kalau bener-bener nggak tahu misal kayak pelajaran Basa Jawa, saya lebih memilih menyadur hahaha...
nyontek tak baik ke pribadi si anak mas
Post a Comment