Saya nggak tau secara tepat definisi dari kata "Nasionalisme" itu apa. Dan untuk itu, saya juga nggak akan menyalahkan anda, ketika anda menganggap saya kurang Nasionalis atau bahkan mau menyebut saya sebagai orang yang tidak menghargai bahasanya sendiri, karena sering mencampur aduk-kan bahasa yang saya gunakan di blog ini dan di beberapa blog lain yang saya miliki :)
Dan sejujurnya, saya justru sangat berterima kasih klo dengan tindakan mencampur aduk-kan bahasa itu, anda menganggap saya sangat tidak profesional, karena dari awal ngeblog dulu, saya emank lebih suka disebut sebagai "Blogger Serabutan" ketimbang disuruh nyandang gelar kehormatan sebagai "Professional Blogger" hhe... :D
Dan untuk anda yang nanya, kenapa beberapa hari ini saya lebih suka menggunakan judul postingan berbahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia, 2 paragraf diatas mungkin adalah jawaban sederhana saya yang bisa anda artikan masing-masing.
Simple-nya sih, saya make Bahasa Inggris bukan karena saya nggak menghargai bahasa Indonesia *biarpun terserah sih, klo anda mau menilainya begitu hhe... , tapi lebih karena saya nggak bisa maksa diri saya untuk nulis secara baku bahkan harus pure 100% menggunakan bahasa Indonesia, ketika dengan spontan naluri serabutan saya, justru ngajak saya untuk nulis pake bahasa apapun yang bisa saya pahami, lebih-lebih karena ini hanyalah sebuah "personal blog" bukan sebuah Blog profesional seperti yang anda-anda miliki :)
Dan klo mau ngomongin relasi antara bahasa dengan nasionalisme, saya justru nggak berani menyebut seseorang punya jiwa nasionalisme atau nggak hanya dari tulisan yang ditulisnya serta lisan yang diucapkannya. Kenapa?
Karena saya nggak bisa bilang Pandji Pragiwaksono nggak cinta sama bahasa ibu-nya ketika dia nulis buku dengan judul Nasional.Is.Me, bahkan karena saya udah baca buku itu, saya nggak berani dengan enteng mengatakan buku itu nggak menghargai bahasa Indonesia hanya karena judulnya setengah Indonesia dan setengan british :)
Sama halnya saya nggak bisa bilang YUI nggak cinta sama bahasa ibu-nya (Nihongo) hanya karena sebagian besar judul single maupun album-nya justru menggunakan Bahasa Inggris dan bukannya bahasa Jepang. Kenapa? karena orang jepang nggak ngebaca tulisan asing semisal bahasa inggris dengan benar-benar membacanya seperti kita, melainkan membacanya berdasarkan suku kata "Katakana" yang mereka miliki, saya ambil contoh kata "News", orang jepang mau anda paksa kaya apapun nggak akan bilang "News" seperti orang Amerika misal melafalkan "News", melainkan akan membacanya dengan "nyusu" (nyu dibaca agak panjang), Nggak percaya? silahkan lihat gambar dibawah ini yang saya ambil dari Officials website "AKB48" :)
So, bisakah saya katakan YUI nggak cinta sama Bahasa ibu-nya? hhe... sementara dengan kecintaan mendalamnya, orang Jepang justru tetap menggunakan Nihongo untuk membaca dan mengucapkan bahasa asing :)
Itu kenapa saya nggak berani menilai seseorang punya rasa cinta sama negaranya atau nggak hanya dengan merelasikannya dengan bahasa :) Biarpun lagi-lagi dengan senang hati, saya nggak akan marah klo anda mau menyebut saya nggak punya rasa nasionalisme, karena tiap orang bebas punya sudut pandang masing-masing, termasuk anda dan saya yang bebas mengartikan hal apapun sesuai sudut pandang kita masing-masing....
Perhatikan gambar paling atas, haruskah saya menilai Bang Enda, Ndoro Kakung dan para panitia pesta blogger nggak mencintai bahasa Indonesia hanya karena mereka mengganti nama Pesta Blogger menjadi On|Off Event? :)
Dan sejujurnya, saya justru sangat berterima kasih klo dengan tindakan mencampur aduk-kan bahasa itu, anda menganggap saya sangat tidak profesional, karena dari awal ngeblog dulu, saya emank lebih suka disebut sebagai "Blogger Serabutan" ketimbang disuruh nyandang gelar kehormatan sebagai "Professional Blogger" hhe... :D
Dan untuk anda yang nanya, kenapa beberapa hari ini saya lebih suka menggunakan judul postingan berbahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia, 2 paragraf diatas mungkin adalah jawaban sederhana saya yang bisa anda artikan masing-masing.
Simple-nya sih, saya make Bahasa Inggris bukan karena saya nggak menghargai bahasa Indonesia *biarpun terserah sih, klo anda mau menilainya begitu hhe... , tapi lebih karena saya nggak bisa maksa diri saya untuk nulis secara baku bahkan harus pure 100% menggunakan bahasa Indonesia, ketika dengan spontan naluri serabutan saya, justru ngajak saya untuk nulis pake bahasa apapun yang bisa saya pahami, lebih-lebih karena ini hanyalah sebuah "personal blog" bukan sebuah Blog profesional seperti yang anda-anda miliki :)
Dan klo mau ngomongin relasi antara bahasa dengan nasionalisme, saya justru nggak berani menyebut seseorang punya jiwa nasionalisme atau nggak hanya dari tulisan yang ditulisnya serta lisan yang diucapkannya. Kenapa?
Karena saya nggak bisa bilang Pandji Pragiwaksono nggak cinta sama bahasa ibu-nya ketika dia nulis buku dengan judul Nasional.Is.Me, bahkan karena saya udah baca buku itu, saya nggak berani dengan enteng mengatakan buku itu nggak menghargai bahasa Indonesia hanya karena judulnya setengah Indonesia dan setengan british :)
Sama halnya saya nggak bisa bilang YUI nggak cinta sama bahasa ibu-nya (Nihongo) hanya karena sebagian besar judul single maupun album-nya justru menggunakan Bahasa Inggris dan bukannya bahasa Jepang. Kenapa? karena orang jepang nggak ngebaca tulisan asing semisal bahasa inggris dengan benar-benar membacanya seperti kita, melainkan membacanya berdasarkan suku kata "Katakana" yang mereka miliki, saya ambil contoh kata "News", orang jepang mau anda paksa kaya apapun nggak akan bilang "News" seperti orang Amerika misal melafalkan "News", melainkan akan membacanya dengan "nyusu" (nyu dibaca agak panjang), Nggak percaya? silahkan lihat gambar dibawah ini yang saya ambil dari Officials website "AKB48" :)
So, bisakah saya katakan YUI nggak cinta sama Bahasa ibu-nya? hhe... sementara dengan kecintaan mendalamnya, orang Jepang justru tetap menggunakan Nihongo untuk membaca dan mengucapkan bahasa asing :)
Itu kenapa saya nggak berani menilai seseorang punya rasa cinta sama negaranya atau nggak hanya dengan merelasikannya dengan bahasa :) Biarpun lagi-lagi dengan senang hati, saya nggak akan marah klo anda mau menyebut saya nggak punya rasa nasionalisme, karena tiap orang bebas punya sudut pandang masing-masing, termasuk anda dan saya yang bebas mengartikan hal apapun sesuai sudut pandang kita masing-masing....
#BloggerSerabutan
Perhatikan gambar paling atas, haruskah saya menilai Bang Enda, Ndoro Kakung dan para panitia pesta blogger nggak mencintai bahasa Indonesia hanya karena mereka mengganti nama Pesta Blogger menjadi On|Off Event? :)
Bahasa Indonesia juga asalnya campur aduk dari bahasa asing. Nama "Indonesia" sendiri aja asalnya dari bahasa asing. Jadi gimana tuh.. bingung juga aku ya he he..
ReplyDeletetetapi menurut saya sobat sangat Professional, lihat saja blog sobat sangat terlihat profesional
ReplyDeleteSelamat Siang Sahabat mengenai NAsionalisme mungkin memang susah diukur hanya dengan penggunaan bahasa saja tapi yang ada di kepala dan di hati siapa yang bisa tahu, eh iya mengenai penanggalan jawa perhitungan harinya dengan hitungan matematik berdasarkan fenomena alam sedang penanggalan saka yaitu penanggalan pada saat jaman kerajaan hindu dulu dibawah oleh Aji Saka dari India yang konon juga menciptakan aksara jawa kuno Hana Caraka
ReplyDeleteTerus terang kami salut dan bangga dengan pribadi yang menguasai dan menggunakan berbagai bahasa yang ada di dunia ini. Kami ikut bangga misalnya, para santri Pondok Modern Gontor juga berkomunikasi dalam bahasa Arab dan Inggris. Kami ikut bangga ketika seorang rekan berbahasa Jepang secara fasih ketika berkunjung dan berdialog dengan manajemen pabrik tembaga di Gresik. Kami salut ketika seorang santri menterjemahkan dakwah seorang ulama dari luar ke dalam bahasa Indonesia (dari bahasa daerah di kawasan Pakistan/India) dengan tangkas. Kami bangga dengan seorang rekan yang dapat berbahasa Mandarin. Namun kami 'agak sedih' juga ketika melihat kenyataan ada seorang anak yang tidak menguasai 'bahasa ibu'. Nasionalisme seseorang memang tidak bisa dilihat dari 'luarnya' saja. Rasa cinta tanah air harus terus ditumbuhkan dalam jiwa rakyat Indonesia. Era globalisasi menuntut kita untuk tampil prima, profesional, dan memberikan yang terbaik bagi kemajuan bangsa ini.
ReplyDeletekayaknya nama nasionalisme tidak dilihat dari bahasa yang digunkan,,yang penting sikap kita..
ReplyDeleteKita jadi mengenal banyak bahasa, kalau pakai bahasa Inggris mau nggak mau kita jadi mikir artinya, bagus juga kan.. saya juga kadang campur-campur, mau apapun bahasanya..mau professional ataupun amatir, menjadi seorang blogger itu istimewa. Makasih dah share Ferdinand!
ReplyDeleteehm...jadi ingat omongan Pak ustadz di TPA dulu. "Kenapa kita lebih suka ngurusin jenggot sama cara bersiwak ketimbang mempelajari triks menguasai dunia dalam 22 tahun 2 bulan 22 hari"
ReplyDeleteNyambung gak ya?
Ferdinaaaaaaaaaaaand, apa kabarrr Nand? lamanya gak kesini.
ReplyDeleteyasudlah nasionalis atau tidak cukup kita sajalah yg tahu diri kita, bagaimana kita menghargai Negara ini, bagaimana usaha kita mempertahankan keutuhan negara kita (holoohh? ini bahas apaan siiiyy?)
saya juga sering banget judulnya English tp isinya tetap bahasa Indonesia, karena lebih nyaman menggunakan bahasa sendiri ketimbang bahasa orang.
klo bukan kita yg melestarikan bahasa kita, sapa lagi kan ya?? hohohohh
well..
ReplyDeletedari perkara logat saya, orang dari padang akan memiliki logat dan gaya bahasa yang berbeda jika dibandingkan dengan orang ambon..
tetapi, seperti bagaiamana yang kita suda sepakati, bahasa indonesia adalah bahasa persatuan nasional.. :)
yang jelas judul bahasa inggrismu yang kemarin-kemarin aku harus buka gugel translate dulu biar mudeng
ReplyDeletewkwkwkwk
nasionalisme sama bahasa hmm, hubungane jane opo to pak?
dalam katromologi disebutkan bahwa
"membedakan orang yang orang yang sudah mandi apa belum, bukan dari parfum atau baju yang dipakainya, tapi diukur dari berapa tebal daki di tubuhnya " #kabuur
jangankan yang beda bahasa
ReplyDeletesama sama pengguna bahasa inggris juga lain-lain cara melafalkannya
seperti orang australia baca e cenderung jadi a
seperti water dibacanya wotah...
be your self aja sob,, terkadang kita tidak harus mementingkan penilaian sesama manusia,, kan yg penting penilaian dr Allah,,,
ReplyDeletemau nulisnya bhs indonesia atau tidak ga masalah,, asal yg nulis ama yg baca merasa nyaman,,, semangaaaat!! palembang semalaman d guyur hujan,, hehehe
Walau suka sama bahasa Inggris masih bisa tetap nasionalisme kok.. BTW blognya udah professional kok.
ReplyDeletebahasa rumput aku ga paham, tapi kalau baca komik online, bahasa gambar sudah cukup menjelaskan bahasa rumput :D
ReplyDeletesaya sih, nyaman-nyaman aja mampir dan menikmati tulisan di blog sobat Ferdinand, apapun bahasa yang digunakan.....happy blogging
ReplyDeleteloh2 mas DJ emang ada yg ngajak ribut ya? ada masalah kah ama judul postingan berbahasa inggris? itu di blog saya yg plg atas tlsn bahasa inggris-malah berat kalau dijuluki professional blogger, saya juga ga mau. yang punya blog sampean ya bebas dong sampean ekspresikan apa yg ada di dalam pikiran sampean-ga maslah sih buat saya asal ga mengandung sara dsb. itu...ya tho, udah jgn dipikirin kalau ada yg bilang nasionalisme sampean krg---malah gawat lho kalau ga bisa berbahasa inggris, indonesia ga akan berkembang
ReplyDeleteMas, Kira Kira Tutorial VDJ atau Sampler Untuk VDJ ada gak ya mas...
ReplyDeleteIya Ne Mas DJ...
ReplyDeleteemang ga enak kalo musti nulis bahasa yg 100% pure, lha wong situs sekelas detik aja masih pake bahas setengah allay koq wkwkwkkw
ReplyDeletetapi apapun itu asal yg baca senang ya lanjut aja hihi
kunjungan gan .,.
ReplyDeletesaat kau kehilangan arah ingatlah masih ada yang menolong mu
dan tetap berdoa mengharap untuk menemukan jalanmu.,.
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.
oh... mau ada pesta blogger lagee ya? moga bisa ikutan. eh, atau acaranya dah kemaren2? maklum ga up-date ama sekeliling qeqeqe
ReplyDeletesaya juga tidak professional sobat, tapi mencoba untuk jadi yang terbaik untuk setiap kerjaan yang saya kerjakan...
ReplyDeleteada juga yang baru-baru ini masih hot mas,
ReplyDeleteyaitu soal tari Tor-Tor yang di klaim Malaysia..
lagi-lagi kita panik
lagi-lagi kebakaran jenggot..
sedikit berfilosofi: seharusnya seseorang marah saat kepunyaannya dihina, karena orang itu memang memilikinya dan menggunakannya..
nah kalo bangsa kita, marah-marah budayanya diklaim, tapi kalo ditanya kerenan mana aksi Boy Band Kore atau Pagelaran Tor-Tor..
pasti jawabannya sama semua..
mungkin bangsa kita memang memiliki budaya itu, tapi tidak menggunakannya..
emg iyah kalo make 100% bahasa yang formal malah bikin lama haha :D
ReplyDelete