Pas lagi check-up ke RSPP tadi siang, secara gak sengaja saya denger sebuah percakapan yang sepertinya gak terlalu asing di telinga ini....
Isi percakapannya kurang lebih seperti ini:
Anak Muda: Siang ibu, bisa minta waktunya sebentar?
Ibu-ibu: Iya, ada apa ya mas?
Anak Muda: Gini ibu, jadi saya sama temen-temen saya dari xxxxx sedang mengadakan penggalangan dana untuk membantu para penderita autis yang kurang mampu. Tapi kalo kita bilang minta sumbangan kan kesannya gimana gitu ya bu. Jadi, disini kami mau jual voucher makan di beberapa tempat yang bisa ibu pilih (foodcourt A, B, C, D , dst), dan sebagian dari hasil penjualan voucher ini nantinya akan kami sumbangkan ke anak-anak autis yang kurang mampu. Jadi, dengan membeli voucher ini, ibu sudah turut membantu adik-adik kita yang menderita autis. Jadi gimana ibu? mungkin tertarik
Ibu-ibu: Wah maaf ya mas, saya gak biasa makan ditempat-tempat kaya gitu, soalnya saya punya banyak pantangan makanan.
Anak Muda: Kan bisa dikasih ke anaknya ibu, murah lho bu. 1 voucher cuma 150rb aja
Ibu-ibu: Maaf ya mas, mungkin lain kali aja...
Anak Muda: Oh, ywdh bu gpp... mohon bantuan doanya saja ya bu klo gitu
Ibu-ibu: Amin
Dan si anak muda pun bergegas nyari calon donatur selanjutnya...
---
Teng teng tong teng... Pak Ferdinand dari dr. xxxxx
Bunyi bell dan panggilan Apoteker di Apotek RS pun tiba-tiba memecah konsentrasi saya dalam mengingat kemiripan isi percakapan barusan dengan kejadian yang pernah saya alami ini ...
Dan sambil bergegas kearah kasir, saya masih sempet bergumam dalam hati, pernah denger obrolan itu dimana ya? perasaan gak asing deh...
Dan baru setelah kelar bayar obat, saya tiba-tiba inget dan nyeletuk
Ohhh iyaaa.... persis kaya anak kuliahan yang dulu nawarin sumbangan dalam bentuk voucher buku seharga 100rb...
---
Yap, dulu banget...
Sekitar beberapa tahun yang lalu...
Ada seorang anak kuliahan yang nyamperin saya dan nawarin hal serupa di sebuah mall di bilangan Jakarta Pusat...
Cuma bedanya, cara doi minta sumbangan bukan dengan jualan voucher makan, tapi dengan jualan voucher buku....
Yap, jualan voucher buku dengan bahasa marketing yang nyaris sama (kalo gak mau saya katakan bener-bener sama)
---
Saya gak bilang, kalo nyari sumbangan dengan cara ini salah lho ya...
Tapi jujur aja, saya agak kurang suka
Ketika ada "kelompok tertentu" yang dengan semangat '45 mengadakan penggalangan dana untuk "sebuah lingkup kecil masyarakat yang mereka katakan membutuhkan"
Namun hanya 10% dari total penjualan yang bener-bener mereka salurkan (atau kalo boleh jujur, saya belum bisa memastikan apakah betul-betul disalurkan atau nggak), ke mereka yang betul-betul membutuhkan...
Ada yang bingung dengan kata-kata saya barusan?
Atau justru 100% bingung sama isi postingan saya kali ini?
Untuk memahami maksud dari postingan ini, silahkan njenengan buka Google dan ketikkan kata kunci berikut :)
Jualan voucher sumbangan
Karena isi postingan ini, sebetulnya berelasi dengan beragam pengalaman serupa yang bisa anda temukan dengan keyword tersebut :)