Saturday, August 6, 2011

Kapan Papuaku Merdeka di Negrinya Sendiri?


Selamat Pagi Sahabat DJ Site Semua,

Ocre tanpa basa-basi lagi, seperti judulnya, kali ini saya memang ingin sedikit membicarakan “konflik berdarah” yang beberapa hari lalu terjadi di Papua, konflik yang bahkan sampai hari ini masih dapat kita dengar, baca dan lihat melalui media-media berita, baik itu surat kabar, TV maupun portal-portal berita Online.

Agak sedih sebenernya ketika saya harus kembali disuguhkan Konflik “Real Time” layaknya film Colosal, yang tanpa perlu diberikan efek apapun sudah membuat mata ini ingin segera menoleh tanpa mau melihatnya lagi. Konflik yang bukan baru 1 atau 2 kali terjadi, namun sudah berulang kali terjadi tanpa pernah menemukan titik temu dan kata “Damai”, yupz, bukan Rakyat Papua memang yang ingin mencari masalah, tapi pemerintah lah yang memaksa mereka menjadi pelaku dalam masalah kesenjangan yang diciptakan pemimpin negri ini. Seenggaknya itu yang dapat saya lihat secara Subjektif, salahkah? Silahkan klo anda menilai pemikiran saya salah...

---

Dengan bodohnya, saya tetap ingin mengatakan bahwa saya gak pernah sedikit pun meragukan pemerintah dalam setiap kebijakannya, bahkan klo pun pemerintah ingin mengatakan lewat media bahwa mereka mengucurkan dana senilai Rp. 28,8 Triliun untuk Otonomi Khusus Papua pun, lagi-lagi dengan bodohnya saya tetep akan mempercayai hal itu, sekalipun secara sadar harus saya akui bahwa saya memang tidak pernah melihat perubahan apapun pada taraf hidup masyarakat Papua, seenggaknya itu yang bisa saya lihat dari mata orang-orang papua yang saya saksikan di TV.

Mata penuh keramahan yang terkadang terpaksa meluapkan amarah karena di negrinya sendiri mereka tidak pernah sekalipun dianggap, ya sekalipun memang banyak media yang dengan semangat mengatakan bahwa Papua adalah “tanah surga Indonesia”. Tanah Surga yang kekayaan alamnya dikeruk oleh pihak asing tanpa pernah sedikitpun diperdulikan oleh negri dimana ia berjejak, bahkan terkadang saya dapat dengan jelas melihat “Kaki Kekar Cendrawasih” yang justru harus bergelayutan diranting pohon sebagai pilihan terakhirnya untuk dapat merasakan kemerdekaan, yupz kemerdekaan, seenggaknya bagi dirinya sendiri, yang selama ini tidak pernah mengecap nikmatnya merdeka bersama “Sang Garuda”.

---

Sedih rasanya ketika mata ini harus kembali menyaksikan Bumi Cendrawasih bergejolak, bertikai, berkonflik atau apapun namanya yang pada akhirnya hanya menambah deret kesengsaraan yang selama ini telah mereka kecap. Konflik yang amat sangat disayangkan harus kembali terjadi hanya karena masalah Politik. Yupz, politik, sebuah dunia yang lebih suka saya sebut dengan ungkapan dunia penuh kebohongan, yang ada baiknya gak perlu dikenal sama orang awam kaya saya dan anda. Seenggaknya jika anda masih ingin merasakan nikmatnya merdeka di negri yang “belum seutuhnya merdeka ini“.

Ramai diberitakan oleh Media, bahwa Papua kembali bergejolak karena masalah pemilukada, pemilukada pertama pasca pemekaran daerah Ilaga dari Puncak jaya *klo saya nggak salah. Pemilukada yang bahkan masih saya pertanyakan, untuk apa dan untuk siapa? Untuk apa diadakan? Untuk apa dimekarkan? Dan untuk siapa digelar? Pertanyaan yang hingga saat ini belum terjawab. Yang pasti, buat saya pribadi pemilukada ini terlihat diadakan tanpa keinginan Rakyat Papua sendiri. Karena terlalu polos mungkin pengetahuan mereka hanya untuk mengurusi masalah politik yang selama ini hanya menjadi mainan petinggi negri ini.

Permainan yang sayangnya tidak pernah berujung pada “kemenangan” Rakyat Papua, melainkan selalu berujung pada pertikaian berdarah, akibat dinegrinya sendiri mereka selalu merasa dicurangi :(

---

Hanya suhu tubuh lebih rendah yang mengiringi saya, meratapi kematian 19 saudara kita dari Bumi Cendrawasih itu, kematian yang sebenernya nggak perlu terjadi jika ada satu saja bukti yang dapat diberikan pemerintah, bahwa mereka masih memperhatikan Papua. Ya sekalipun mungkin bukti itu masih dalam batas khayalan saya dan mungkin juga anda dan mereka :)

---

Belum selesai ratapan kita atas kematian 19 Saudara kita, 4 orang kembali dikabarkan tertembak di Nafiri, kabar yang sontak saja membangkitkan amarah rakyat Papua, hingga akhirnya mereka kembali mengangkat papan-papan kayu bertuliskan “Referendum”. Kata yang tidak pernah ingin saya dengar di Negri yang katanya telah merdeka ini.

Dan apa yang dapat dilakukan pemerintah? Sayang hanya ratapan palsu yang dapat mereka tunjukkan melalui liputan awak media. Ratapan yang sebenernya gak perlu mereka umbar jika hanya sekedar ratapan tanpa sebuah bukti tindakan nyata untuk menyejahterakan Bumi Cendrawasih yang katanya “tanah surga” kita itu.

Yah, I Know, susah memang mengharapkan uluran tangan pemerintah yang masih buta karena singgasana emasnya itu, apalagi hanya untuk memberikan setitik embun di bumi papua, mungkin itu yang mereka pikirkan.

---

Haha… dengan bodohnya saya hanya dapat tertawa dalam sebuah ratapan yang berujung pada sebuah pertanyaan singkat, Kapan Papuaku Merdeka di Negrinya Sendiri?

Adakah diantara anda yang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan diatas? Ataukah memang pertanyaan itu terlalu mahal untuk mendapatkan sebuah jawaban dari penunggang “Sang Garuda”? entahlah... saya memang hanya orang serabutan yang Cuma dapat melantunkan doa untuk perdamaian dan kesejahteraan Papua (Sebuah Tanah yang untuk selamanya adalah bagian dari NKRI).

Buat Sahabat DJ Site Semua, Happy Blogging ‘n Have a Nice Weekend... :)


Via Mobile

16 komentar:

narti said...

bingung mau komennya kalau soal pemerintah
untuk rakyat Papua, turut berduka cita, semoga segera ada kedamaian :)

sda said...

di balik ini semua jadi soal politik???
kasihan rakyat kecil...

Yanuar Catur said...

aduh,, aku jg blm bisa jawab pertanyaan itu bang...

Rawins said...

coba deh jalan jalan ke pedalaman luar jawa
kita bisa makin mengerti kalo negeri ini memang belum merdeka

Nyayu Amibae said...

Aku setuju dengan sob rawin,,, Indonesia selama ini hanya di pandang sebatas pulau jawa dan bali,, padahal kan Indonesia merupakan negara kesatuan,,

Tidak hanya di Papua sob, di sini, di tanah kelahiran sob Adit aku juga merasakan hal yg sama,,, kota kaya minyak, tapi sama sekali kesejahteraannya tidak dirasakan oleh penduduk asli,, entah,,, aku kepikiran pada kemana hasil kekayaan alam yg dikeruk dari sini?

Aku juga terhenyu, ketika obrol punya obrol dengan masyarakat desa yg sedikit curhat, dan ada satu kalimat, yg tidak bisa aku lupakan, yaitu: SIAPA YG MENUMPANG? SIAPA YG DITUMPANGI? ,

Hmm.. Negara kita memang sudah merdeka dalam pengakuan dunia, tapi sesungguhnya, negara kita masih tetap dijajah, dan sayangnya, Orang Indonesia yg tamak akan duniawi yg ikut2 menjajah sesamanya...

Anonymous said...

Mmhhh..aku malah pngen nambahin pertanyaan; bukannya ngejawab ehehe...

"Kenapa para penunggang garuda itu ga peduli sama bagian dr NKRI?"

Bingung jg fer kl udah nyangkut ke pemerintah..kita udah apatis duluan krn gaya kepemimpinan mereka yg bener2 mentingin diri sendiri..


*masih ga nge-link ya..*
-meworldwords-

zan said...

bukannya mau koment SARA nih.... tp ada beberapa orang didaerah yg mengatakan kalo Indonesia itu adalah Jawa... no offense

tp lihatlah ke daerah yg agak ke pedalaman, seperti di sumatera,kalimantan,sulawesi sampai papua.... apakah saudara2 kita di pedalaman sana sudah merasakan pembangunan di negeri ini...omong kosong... bahkan untuk mencapai daerah2 tertentu harus melewati medan yg berat dan belum bisa di akses sarana umum...

huft... semoga saja negeri bisa merasakan ke adilan yg merata sehingga tidak perlu ada berbagai konflik akibat ketidak adilan pemerintah...

Yudi Darmawan said...

begitulah mas,
kalau soal ngemeng pemerintah nomor satu, soal diskriminasi juga nomor satu..

mufied said...

iya ni mas, saya setuju dengan kamu sob,
pemerintah masih blum terlalu memandang papua, padahal di banding jawa, kekayaan alam di papua lebih melimpah sampai2 klo g salah jatuh ke tangan Amerika (Pernah dengar tu... ) ...


O y sobat, mau tukeran link g ? link kamu sudah terpasang di blog ku ... di tunggu kunjungan baliknya ...

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" said...

hmmm... sebetulnya bukan hanya papua. tapi semua provinsi di luar jawa. inii semuanya karna peninggalannya ORBA yang pembangunan ga seimbang dan terlalu terpusat ke pulau jawa. liat sendiri kan kebanyakan yang bermasalah dengan kemiskinan itu di luar jawa? coba aja pemerintah mau membangun daerah lainnya

Umy Diary said...

perang dinegeri sendiri,,,

Sukadi said...

Papua adalah daerah yang sangat kaya akan kandungan alam, tapi sayangnya hal tersebut (kelihatannya) tidak berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan penduduk disana.

Dan yang lebih mengerikan lagi, pertikaian antar suku maupun kelompok masih sering terjadi dengan banyak korban nyawa.

Menyedihkan.. :(

smp 3 lembang said...

semua hasil dari desentralisasi pembangunan dan juga kapitalisme semua hasil alam dikeruk tapi bukan untuk kepentingan rakyat pribumi

dindasaurus said...

aku juga pengeeen banget deh..ke papua.ngerasain bbrp waktu tinggal disana sm suku pedalaman..pasti asik..bisa ngajarin mereka joged chaiya chaiya =)

Zippy said...

Kalau saya bilang, memang pemerintah ikut andil dalam pemarsalahan ini.
Lihat aja kesenjangan yang kerap terjadi antara Papua dengan daerah2 lainnya.
Tapi kalau pemerintah yang disalahkan sepenuhnya, jelas saja tidak :)
Disatu sisi pemerintah sudah berusaha, tapi disisi lain masyarakat Papua pun acuh tak acuh.
Lihat saja, kalo ada uang duitnya dipake mabuk2an dan ngesex, ya gimana mau maju?
Itu sih yang gue liat selama 22 tahun tinggal di Papua :D

DJ Site | Blogger Serabutan said...

@ All: postingan ini lanjut ke postingan selanjutnya...

http://dj-site.blogspot.com/2011/08/indonesia-bukan-hanya-jawa-dan-bali.html

DJ Site - Since 2009 Until Now

Creative Commons License
Blog Content by Ferdinand is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Based on a work at https://dj-site.blogspot.co.id/.

Themes by blogcrowds. Design With ❤ for Blogger Serabutan